Sebelum melakukan pengisian bahan ke dalam digester, hal yang perlu diperhatikan
apakah ada beberapa bahan ataupun substansi yang dapat menghambat proses anaerobic digesi.
Burke (2001) menyebutkan bahwa bahan-bahan seperti fungsida dan bahan yang merupakan
antibakteri dapat menyebabkan proses anaerobic digesi terhambar. Limbah atau manure dari
hewan terkadang mengandung bahan-bahan seperti pasir, potongan kayu, antibiotic dan
disinfectants; semua bahan atau substansi tersebut akan menghambat proses anaerobic digesi.
Penggunaan limbah atau manure hewan juga terkadang menghasilkan beberapa hambatan selama
proses anaerobic digesi seperti adanya terjadinya sedimentasi, mengapungnya sebahagian dari
bahan di dalam digester (Steffen dkk., 1998:10). Bahan-bahan yang mengandung senyawa fenol
juga dapat menghambat proses anaerobic digesi (Hernandez and Edyvean, 2008:26).
Limbah atau manure hewan yang digunakan juga dapat menghambat proses anarobik
digesi. Hal ini dikarenakan bahwa limbah atau manure hewan memiliki kandungan ammonia
yang tinggi yang dapat menghambat proses anaerobic digesi untuk memproduksi biogas Farina
dkk. (1988:116). Angelidaki and Ahring (1993:165) mengungkapkan bahwa konsentrasi
ammonia sebesar 4 g-Nitrogen/Liter yang terdapat dalam digester dapat menghambat proses
anaerobic digesi. Konsentrasi ammonia di dalam digester sangat tergantung sekali pada beberapa
faktor diantarnya adalah total konsentrasi ammonia, temperature dan pH. Hal ini berarti bahwa
konsentrasi ammonia akan meningkat dengan meningkatnya temperature operasi (Hansen dkk.,
1998:10).
Koster (1986:453) mengungkaapkan bahwa proses anaerobic digesi juga cenderung akan
sensitive terhadap ammonia ketika pH di dalam digester meningkat; dengan demikian hal ini
akan menyebabkan meningkatnya konsentrasi ammonia bebas (the free ammonia concentration).
Mikroorganisme yang berada di dalam anaerobic digester terkadang dapat hidup normal kembali
setelah mengalami gangguan; akan tetapi terkadang gangguan ataupun hambatan yang mereka
alami tidak berubah ataupun berkurang di dalam digester. Jika hal ini terjadi, maka proses
anaerobic digesi harus diulang kembali, atau dengan cara memasukan bahan, substrat dan
mikroorganisme baru ke dalam digester. Periode penyesuaian diri mikroorganisme di dalam
digester (lag phase) juga akan menjadi lebih lama ketika anaerobic digesi mengalami hambatan
(Schnürer dan Jarvis, 2010:75).
Untuk mencegah kegagalan proses anaerobic digesi selama fase penyesuaian diri dari
mikroorganisme di dalam digester (lag phase), maka perlu dilakukan peningkatan waktu
retensinya (hydraulic retention time) serta mengurangi laju pengisian substrat atau bahan ke
dalam digester pada proses anaerobic digesi semi-kontinu. Jika hal ini tidak dilakukan maka akan
menimbulkan resiko yang berupa hilangnya sejumlah mikroorganisme dalam digester (washed
out). Lebih lanjut, tingkat atau jumlah komponen-komponen yang menghambat proses anaerobic
digesi juga dapat diminimalisir dengan cara mengubah komposisi substrat atau bahan yang akan
dimasukan ke dalam anaerobic digester. Dengan demikian, metode ini memungkinkan untuk
mengurangi jumlah substansi atau komponen penghambat yang berada di dalam anaerobic
digester selama proses pengkonversian substrat menjadi biogas (Schnürer and Jarvis, 2010:76).
Foto: Anaerobik Digesi [Google]