Seorang dokter memasuki pintu rumah sakit dengan terburu-buru setelah dipanggil untuk keperluan operasi mendesak. Dia bergegas masuk ke ruangannya, ganti baju, dan segera menuju ke ruang operasi.
Foto: Griyagawe.com
Di depan ruang operasi, seorang lelaki yang terlihat gelisah menghampirinya. Setengah berteriak, si lelaki berkata, “Mengapa kamu sedemikian lambat? Tidak tahukah kamu bahwa hidup anak saya dalam bahaya? Apakah kamu tidak memiliki rasa tanggung jawab?”
Dokter tersenyum dan berkata, “Saya minta maaf, tadi ada keperluan di luar dan saya berusaha datang secepatnya. Sekarang saya minta Anda tenang sehingga saya bisa segera melakukan pekerjaan saya.”
“Tenang? Bagaimana jika anak Anda berada di ruangan ini sekarang, Anda juga akan bersikap tenang? Jika anak Anda sendiri meninggal ketika menunggu dokter, apa yang akan Anda lakukan?” Berkata-kata demikian sang ayah terlihat marah.
Dokter tersenyum lagi dan menjawab, “Kami akan melakukan yang terbaik dengan berharap pertolongan Tuhan dan Anda juga harus berdoa untuk keselamatan putera Anda.”
“Memberi nasihat ketika kita tidak peduli sangat mudah,” gumam si lelaki.
Operasi berlangsung sekitar satu jam dan sekeluar dari ruang operasi, dokter itu terlihat senang, “Syukurlah. Putera bapak selamat!”
Dan tanpa menunggu jawaban si lelaki, si dokter yang wajahnya kemudian memerah dan matanya tiba-tiba berkaca-kaca itu bergegas meninggalkan tempat sambil berkata, “Jika ada pertanyaan, silakan bertanya kepada perawat.”
“Mengapa dia begitu sombong? Sedemikian tergesa-gesanya sampai saya tidak sempat untuk sekadar bertanya tentang keadaan anak saya,” kata si lelaki itu begitu ada perawat datang sesaat setelah dokter pergi.
Perawat menjawab dengan air mata mengembang di kelopak mata, “Putra Pak Dokter meninggal karena kecelakaan lalu lintas kemarin. Ia berada di pemakaman ketika rumah sakit menghubunginya. Setelah berhasil menyelamatkan putera Bapak, barulah dia bergegas melanjutkan upacara penguburan anaknya.”
Moral cerita: (1) Berpikirlah sebelum berbicara; (2) Kenalilah situasi dan kondisi orang lain, kepada siapa kita berbicara.
Sumber: Lidya Pratiwi