Bagi masyarakat Aceh, hari meugang atau sebutan lain mak meugang adalah hari yang memang tidak bisa ditinggalkan. Terlalu berarti hari tersebut, sampai-sampai ada yang off kerjanya untuk pulang ke kampung halaman dan merayakan hari budaya tersebut. Bahkan bagi mahasiswa yang kuliah di luar Aceh, mereka mau juga pulang ke kampung halamannya walaupun jauh, terkadang.
Gambar: Pasar Peunayong
Hari meugang belum ada definisi khusus. Namun, hari meugang identik dengan daging, terutama daging sapi. Hari meugang juga identik dengan berkumpulnya seluruh keluarga dan makan daging bersama di rumah. Entah kapan hari meugang ini mulai ada. Belum ada literatur sejarah yang shahih kapan ini mulai ada. Tapi, ketika saya terlahir ke dunia yang fana ini, hari meugang ini sudah ada. Sebelum orang tua saya lahir juga sudah ada. Sebelum nenek dan kakek saya lahir juga begitu. Bahkan jauh sebelum nenek dan kakek saya lahir juga sudah ada hari meugang. Artinya, ini adalah hari adat. Hari budaya yang memang sudah semenjak dulu kala berlangsungnya. Perayaan hari meugang ini dilakukan 3 kali dalam setahun. Yaitu,hari pertama dan kedua sebelum masuk bulan Ramadhan, hari terakhir bulan Ramadhan, dan hari pertama dan kedua sebelum hari raya qurban (idul adha).
Walau ini hanya hari budaya, tetap ada makna yang selalu tersirat bila dikaji. Tidak mungkin indatu (nenek moyang) bangsa Aceh cuma merayakan meugang tanpa maksud dan tujuan. Jadi, saya mencoba mengkaji kembali akan makna tersirat yang dipunyai oleh hari meugang ini.
Temu Kangen Keluarga
Dihari meugang, seluruh anggota keluarga akan berkumpul di rumah orang tua. Mereka memasak daging bersama dan menikmatinya bersama. Suasana seperti ini adalah suasana melepas kangen. Apalagi ada anggota keluarga yang jauh. Ada yang sudah berkeluarga dan tinggal jauh dari orang tua. Sampai sebelum shalat tarawih, setiap orang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama anggota keluarganya. Biasanya jarang ada orang bertamu ke rumah orang lain. Tapi, benar-benar memanfaatkan waktu bersama keluarga di rumah. Kalaupuan ada yang berkunjung ke rumah orang lain, biasanya mereka segan dan malu karena menghormati privasi keluarga orang lain.
Saling Berbagi
Di hari ini, kita diajarkan untuk saling membantu orang yang tidak punya. Biasanya si kaya menyedekahkan daging sapi minimal sekilo pada janda, orang yang tidak mampu dan juga anak yatim. Bagi yang jauh, ada juga yang mengirim paket daging ini. Namun, bagi perantau yang tidak pulang ke kampung halaman, biasanya mereka diundang oleh keluarga kerabatnya untuk makan bersama. Yang terakhir ini memang agak sedikit mirip perayaan thankgiving gitu, walau sedikit berbeda. Di luar aceh atau contohnya seperti di Banda Aceh, bila ada perantau yang tidak pulang ke kampung halamannya, biasanya mereka ini diundang oleh kerabatnya untuk makan daging bersama di rumah.
Waktu Panen Ternak
Bagi peternak, terutama sapi, hari meugang adalah waktunya panen. Pasti selalu banyak permintaan akan kebutuhan sapi pada waktu tersebut. Peternak sapi biasanya sudah hitung-hitungan dan memperkirakan bisa menjual sapinya pada hari meugang. Selain sapi, peternak ayam, bebek, kambing, bahkan kerbau, juga bisa panen raya. Karena ada juga keluarga yang memang tidak suka makan sapi. Namun, karena hari meugang, mereka punya pemahaman untuk makan yang berdarah juga. Jadi pilihannya jatuh pada hewan-hewan selain sapi