Wakil Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Aceh Dr. Husaini Ibrahim, MA. mengungkapkan masyarakat Aceh terlalu sibuk memperebutkan kekuasaan daripada menjalankan amanah Hasan Tiro untuk meningkatkan kesejahteraan melalui pendidikan.
“Bahkan ada yang berebut kekuasaan dengan ijazah paket C,” jelasnya saat memberikan materi pada seminar peringatan wafatnya Tengku Hasan Muhammad Di Tiro keempat tahun 3 Juni 2010 lalu, Selasa (3/6/2014).
Hasan Tiro sangat meyakini bahwa peningkatan kesejahteraan di wilayah Aceh melalui mutu pendidikan dan alumni perguruan tinggi yang cerdas serta berintegritas tinggi.
Foto: Hasan Tiro
Menurutnya, tindakan-tindakan yang Hasan Tiro lakukan pada masa dulu sangat spektakuler, yakni pernah memimpin sebuah kuliah tertutup kepada pemuda Aceh kemudian berlanjut dengan mendirikan “University of Aceh” di Pidie. Tujuannya jelas, dia ingin merubah polah pikir masyarakat Aceh agar lebih maju.
Nilai-nilai perjuangan Hasan Tiro harus terus berlanjut sehingga Aceh mampu berjaya seperti dulu kala. “Jika kita punya itikad baik, semua akan berjalan lancar,”pungkasnya yang juga Kepala Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan Budaya Unsyiah.
Dalam seminar yang bertajuk Hasan Di Tiro Seorang Sastrawan juga dihadiri oleh Haekal Afifa, penerjemah buku Aceh Bak Mata Donya ke bahasa Indonesia, dan Fauzi Di Tiro, keponakan Hasan Tiro.
Fauzi menghimbau kepada seluruh masyarakat Aceh selalu mengingat perjuangan pamannya itu. Berbeda dengan negara Malaysia dan Thailand, mereka sangat menghargai hasil perjuangan pahlawan dan menceritakannya kepada anak-anak mereka.
“Tapi Hasan Tiro tidak lagi disebutkan dalam kehidupan sehari-hari,”ujarnya.
Seminar tersebut dilaksanakan oleh Pusat Kebudayaan Aceh dan Turki (PuKAT) di Aceh Community Center Sultan II Selim dan dihadiri oleh puluhan peserta, umumnya mahasiswa
Seumber: HabaACEH